Dr Chan Kwok Wai Adrian
Spesialis Paru & Pulmonologi
Sumber: Shutterstock
Spesialis Paru & Pulmonologi
Alergi obat dapat terjadi pada semua jenis obat, termasuk obat resep, obat bebas, obat herbal, vitamin, dan bahkan suplemen. Hal ini disebabkan oleh reaksi abnormal dari sistem kekebalan tubuh seseorang terhadap obat. Penelitian telah menunjukkan bahwa secara global, alergi obat terjadi pada 1 - 2% dari semua pasien rawat inap dan 3 - 5% dari semua pasien rawat inap.
Penting untuk diingat bahwa siapa pun dapat mengalami reaksi alergi terhadap obat, bukan hanya mereka yang alergi terhadap partikel di udara seperti serbuk sari atau makanan.
Faktor-faktor berikut ini dapat meningkatkan risiko Anda terkena alergi obat:
Banyak orang yang mengalami alergi obat mengalami gejala ringan hingga sedang. Reaksi alergi ringan meliputi timbulnya ruam kulit lokal yang akut, gatal-gatal dan urtikaria (biduran). Untungnya, sebagian besar gejala ini dapat diatasi dalam satu atau dua hari setelah obat penyebabnya dihentikan.
Kadang-kadang, gejala yang lebih serius dapat terjadi. Ini termasuk pembengkakan pada wajah, tenggorokan, atau mulut, kesulitan bernapas, kram perut yang parah dan muntah, atau reaksi kulit yang meluas. Reaksi alergi yang paling serius dikenal sebagai anafilaksis. Anafilaksis memengaruhi lebih dari satu sistem tubuh, seperti paru-paru, usus, dan kulit. Hal ini juga dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang signifikan, yang menyebabkan pingsan dan ketidaksadaran.
Beberapa alergi obat juga dapat muncul dengan gejala yang tertunda. Gejala ini berbeda dengan reaksi akut dan dapat bermanifestasi sebagai ruam (non-urtikaria) atau lepuh.
Karena alergi obat bersifat kompleks, maka mencari pertolongan medis adalah penting. Jika Anda mengetahui atau mencurigai bahwa Anda alergi terhadap suatu obat, Anda harus menghindari obat tersebut hingga Anda mendapatkan nasihat medis dengan mengunjungi dokter umum atau meminta rujukan ke klinik alergi.
Seorang spesialis alergi akan menanyakan Anda secara rinci tentang reaksi obat Anda untuk menentukan sifat dan penyebab reaksi alergi. Dokter spesialis alergi juga dapat melakukan tes lebih lanjut untuk menentukan obat penyebabnya atau memberi saran mengenai obat alternatif.
Tidak jarang kita mendengar seseorang mengatakan bahwa mereka alergi terhadap obat tertentu. Namun, hal ini sering kali bukan merupakan alergi obat yang sesungguhnya. Sebagai contoh, infeksi dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan gejala alergi obat.
Disalahartikan sebagai memiliki alergi obat padahal tidak demikian, dapat menimbulkan konsekuensi negatif. Pasien mungkin akan diberikan obat alternatif yang mungkin lebih mahal, lebih beracun, dan kurang efektif.
Jika Anda menduga bahwa Anda menderita reaksi serius akibat alergi obat, carilah pertolongan di Unit Gawat Darurat (UGD) terdekat.
Ketika diagnosis alergi obat telah ditegakkan, pasien yang terkena dampak dan orang yang mereka cintai perlu diberi edukasi tentang alergi tersebut dan cara mengenali serta merespons gejalanya. Pasien yang berisiko mengalami reaksi alergi obat yang parah harus mendaftar ke Medik Awas, sebuah program yang memberikan dokumen/perangkat identifikasi kepada pasien untuk memberi tahu petugas kesehatan tentang alergi tersebut.