Dr Ong Eng Hui David
Spesialis Gastroenterologi
Sumber: Getty Images
Spesialis Gastroenterologi
Melakukan transplantasi tinja mungkin akan membuat perut Anda mulas, tetapi tahukah Anda bahwa transplantasi tinja dapat menyelamatkan nyawa?
Transplantasi tinja, yang secara medis dikenal sebagai transplantasi mikrobiota tinja (FMT) atau transplantasi mikrobioma usus (GMT), dapat mengobati berbagai kondisi medis, termasuk infeksi Clostridioides difficile (C. diff), kondisi gastroenterologis dan neurologis. Perawatan medis ini efektif karena dapat mengubah mikrobioma usus seseorang, yang secara langsung terkait dengan kesehatan secara keseluruhan.
Mikrobioma usus adalah komunitas mikroorganisme yang beragam, termasuk bakteri, virus, jamur, dan makhluk hidup mikroskopis lainnya yang menghuni saluran pencernaan kita. Mikroorganisme ini sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan kita, memengaruhi banyak fungsi tubuh seperti pencernaan, metabolisme, dan respons kekebalan tubuh.
Berbagai faktor gaya hidup sangat mempengaruhi mikrobiota dalam usus kita, yang paling utama adalah pola makan. Faktor gaya hidup seperti aktivitas fisik, tidur, dan tingkat stres juga membentuk mikrobioma usus kita.
Beberapa orang menggambarkan mikrobioma usus sebagai organ endokrin karena dapat menghasilkan hormon, neurotransmiter, dan sinyal kekebalan tubuh. Penelitian tentang mikrobioma usus telah berkembang selama beberapa tahun terakhir, dan mengungkap dampaknya yang besar pada berbagai aspek kesehatan kita.
Mikroorganisme di dalam usus kita dapat memengaruhi metabolisme nutrisi dan obat, melindungi dari patogen, dan memodulasi sistem kekebalan tubuh kita. Selain itu, mikrobioma usus dapat memengaruhi sistem saraf pusat kita, sebuah interaksi yang biasa disebut poros usus-otak, yang memengaruhi aspek-aspek seperti suasana hati dan perilaku.
Mikrobioma usus yang seimbang merupakan bagian integral untuk menjaga kesehatan, sementara gangguan pada komunitas mikroba ini, yang sering disebut disbiosis, dapat dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari kondisi pencernaan dan obesitas hingga berdampak pada kesehatan mental.
Ada penelitian yang sedang berlangsung untuk mengeksplorasi potensi terapeutik dari memanipulasi mikrobioma usus, seperti dengan menggunakan probiotik, prebiotik, dan transplantasi mikrobiota feses, untuk mengurangi penyakit dan mengoptimalkan kesehatan.
Faktanya, transplantasi mikrobiota tinja (FMT) dapat menjadi pengobatan yang menyelamatkan nyawa bagi sebagian orang.
Terutama, transplantasi mikrobiota tinja dapat menyelamatkan nyawa dengan secara efektif mengobati infeksi Clostridioides difficile (C. diff) yang parah dan berulang. Infeksi ini dapat menyebabkan diare berair dan terkadang berdarah, dehidrasi parah, demam, mual, dan banyak lagi, sehingga mengancam jiwa.
Infeksi C. diff sering terjadi pada akhir penggunaan antibiotik spektrum luas, yang dapat mengganggu flora usus seseorang melalui penghambatan atau eliminasi bakteri tanpa pandang bulu. C. diff secara alami ada dalam diri kita semua, tetapi dijaga oleh bakteri baik. Namun, ketika keseimbangan yang rumit ini terganggu, bakteri seperti C. diff dapat dibiarkan begitu saja dan menyebabkan infeksi.
Memulai dengan antibiotik seperti vankomisin biasanya merupakan pilihan pengobatan pertama untuk infeksi C.diff. Namun, hal ini tidak selalu efektif karena pengobatan antibiotik tidak mengatasi disbiosis yang menyebabkan pertumbuhan dan infeksi C.diff, di sinilah FMT dapat berperan.
FMT telah menunjukkan keberhasilan klinis yang luar biasa sebagai pilihan pengobatan yang efektif dalam kasus infeksi C. difficile yang berulang dan parah, dengan tingkat keberhasilan 95%. Hal ini efektif karena dapat memulihkan mikrobioma usus pasien dengan peningkatan keragaman dan kelimpahan bakteri probiotik.
Ada minat yang besar untuk meneliti efek terapeutik tambahan dari FMT. FMT telah menunjukkan potensi dalam mengobati berbagai kondisi medis lainnya, seperti autisme, obesitas, penyakit Crohn, multiple sclerosis, dan banyak lagi.
Transplantasi mikrobiota tinja aman karena beberapa alasan, yang pertama adalah karena donor tinja disaring secara ketat. Mereka menjalani penilaian latar belakang medis yang mendalam, pemeriksaan fisik, tes darah, dan pemeriksaan tinja sebelum dinyatakan layak untuk menjadi pendonor tinja.
Selain itu, kotoran ditangani dengan sangat aman dan hati-hati dari awal hingga akhir, mulai dari penyimpanan hingga pemrosesan hingga transplantasi.
Di rumah sakit kami, metode yang lebih disukai untuk melakukan FMT adalah melalui kolonoskopi. Metode ini memungkinkan penempatan mikrobioma donor yang optimal di lokasi pencangkokan yang diinginkan. Metode ini juga merupakan metode transplantasi yang aman karena kolonoskopi memiliki risiko minimal.
Jika Anda mengalami masalah pencernaan atau ingin mendiskusikan bagaimana transplantasi mikrobiota tinja dapat membantu kondisi medis Anda, bicaralah dengan dokter spesialis pencernaan hari ini.