Kanker usus buntu terjadi ketika sel yang sehat di usus buntu bermutasi dan tumbuh secara tidak normal dan membentuk pertumbuhan dan tumor. Kondisi ini juga disebut dengan kanker apendiks.
Usus buntu adalah kantong kecil yang menempel di usus besar dan terletak di bagian bawah kanan abdomen. Walaupun belum terkonfirmasi, usus buntu diyakini berfungsi menjaga kesehatan perut dan meningkatkan sistem imun.
Kanker usus buntu adalah jenis kanker yang sangat langka. Kemungkinannya lebih besar menyerang wanita dan mereka yang berusia di atas 50 tahun.
Jenis tumor usus buntu
Ada beberapa jenis tumor yang bisa tumbuh dalam usus buntu. Sebagian tumor bersifat non-kanker (jinak), sedangkan sebagian lainnya dapat menimbulkan kanker (ganas) dan menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Kanker usus buntu dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berikut:
Tumor karsinoid (atau tumor neuroendokrin) adalah jenis yang paling umum dijumpai, yaitu sekitar separuh dari semua kanker usus buntu yang terdiagnosis. Tumor tersebut biasanya tumbuh sangat lambat di bagian ujung usus buntu dan tidak menimbulkan gejala apa pun. Oleh karena itu, kanker ini bisa tidak terdeteksi selama bertahun-tahun.
Adenokarsinoma tumbuh dari sel yang berjajar di dalam usus buntu dan terdiri dari beberapa subjenis:
Adenokarsinoma musinosum menghasilkan zat bertekstur seperti jeli yang dikenal sebagai musin. Cairan ini keluar saat tumor pecah. Ini adalah jenis kanker usus buntu kedua yang paling umum dijumpai.
Adenokarsinoma usus besar berkembang di dekat dasar usus buntu. Jenis ini serupa dengan kanker kolorektal dan menimbulkan banyak gejala yang sama.
Adenokarsinoma sel cincin stempel adalah jenis tumor langka yang agresif dan sulit diobati jika sudah mencapai stadium lanjut. Tumor ini dapat menyebabkan nyeri perut akut yang mirip dengan penyakit usus buntu.
Karsinoma sel goblet memiliki karakteristik tumor karsinoid dan adenokarsinoma. Penanganannya mirip dengan penanganan adenokarsinoma.
Apa saja gejala kanker usus buntu?
Kanker usus buntu biasanya tidak diikuti dengan gejala apa pun pada stadium awal. Jika ada, gejalanya berbeda-beda di setiap orang, yang paling umum di antaranya:
Perut kembung
Rasa tidak nyaman atau nyeri di abdomen, perut, atau area panggul
Gejala lainnya antara lain:
Penyakit usus buntu (peradangan atau infeksi pada usus buntu)
Menumpuknya cairan di abdomen
Gangguan fungsi usus, seperti konstipasi atau diare
Hernia
Mual dan muntah
Apa penyebab kanker usus buntu?
Penyebab pasti kanker usus buntu masih belum diketahui. Namun, ada sejumlah faktor risiko yang dikaitkan dengan kanker usus buntu.
Apa saja faktor risiko kanker usus buntu?
Seseorang lebih berisiko menderita kanker usus buntu jika:
Merokok atau menggunakan produk tembakau, yang juga meningkatkan risiko terhadap banyak jenis kanker
Memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker usus buntu atau neoplasma endokrin multipel tipe 1 (MEN1), yaitu kelainan turunan yang memengaruhi kelenjar penghasil hormon
Memiliki kondisi medis tertentu, seperti anemia pernisiosa, gastritis atropik (peradangan kronis pada permukaan lambung), dan sindrom Zollinger-Ellison (yang menyebabkan produksi asam lambung berlebih)
Berusia lanjut, karena kanker usus buntu lebih sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas
Wanita (tumor karsinoid di usus buntu lebih sering ditemui pada wanita)
Bagaimana cara mencegah kanker usus buntu?
Tidak ada cara mutlak untuk mencegah kanker usus buntu. Namun, menjalani gaya hidup yang sehat – misalnya dengan menghindari konsumsi produk tembakau dan alkohol yang berlebihan, berolahraga secara teratur, dan mengonsumsi makanan utuh – secara umum dapat membantu menekan risiko kanker.
Jamie Yeo berbagi perjalanannya yang tak terduga melalui kanker payudara mulai dari diagnosis hingga pemulihan, perspektif barunya tentang kehidupan, dan bagaimana ia menemukan perawatan dan dukungan di Gleneagles Hospital di Singapura.
Dokter spesialis bedah payudara, Dr Tan Yah Yuen, menjelaskan mengapa bedah invasif minimal merupakan pilihan yang lebih disukai untuk diagnosis kanker payudara.