Skoliosis - Gejala & Penyebab

Apa itu skoliosis?

Skoliosis adalah tulang belakang yang melengkung dari satu sisi ke sisi lain, biasanya berbentuk 'S'. Gangguan ini juga dapat menyebabkan tulang belakang terpuntir.

Tingkat skoliosis bervariasi, mulai dari ringan, sedang, hingga parah. Tingkat keparahan skoliosis tergantung pada sudut Cobb, yang merupakan ukuran standar untuk menentukan dan melacak perkembangan skoliosis.

Pengukuran sudut Cobb dan tingkat keparahan skoliosis terbagi menjadi:

  • Skoliosis ringan: 25 derajat atau kurang
  • Skoliosis sedang: Antara 25-40 derajat
  • Skoliosis parah: Di atas 40 derajat pada remaja, dan di atas 50 derajat pada orang dewasa

Jenis-jenis skoliosis

Ada 4 jenis utama skoliosis:

  • Skoliosis idiopatik (penyebabnya tidak diketahui). Ini adalah salah satu jenis skoliosis yang paling umum dan biasanya terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja.
  • Skoliosis degeneratif. Jenis skoliosis ini disebabkan oleh degenerasi diskus yang memisahkan tulang belakang (tulang-tulang kecil yang membentuk tulang punggung), atau artritis pada sendi yang menghubungkannya.
  • Skoliosis bawaan. Jenis skoliosis ini terjadi karena cacat bawaan tulang belakang, dan sering berkaitan dengan cacat organ lainnya.
  • Skoliosis neuromuskular. Jenis skoliosis ini menyebabkan hilangnya kemampuan saraf atau otot untuk menopang tulang belakang, umumnya diakibatkan oleh lumpuh otak atau distrofi otot.

Apa saja gejala skoliosis?

Sebagian besar tanda skoliosis bisa dilihat dan diketahui sejak masa kanak-kanak. Di antaranya adalah:

  • Punggung melengkung dengan bentuk 'S' saat berdiri
  • Pinggang tidak rata
  • Tubuh melengkung ke satu sisi ketika dilihat dari depan atau belakang
  • Payudara tampak tinggi sebelah (pada wanita)
  • Bahu tampak tinggi sebelah

Skoliosis biasanya terdeteksi saat pemeriksaan kesehatan di sekolah. Perawat akan menyadari bahwa tubuh anak tidak sejajar ketika membungkuk.

Apa saja penyebab skoliosis?

Skoliosis tidak disebabkan oleh kebiasaan membawa barang berat (seperti menyelempangkan tas sekolah di salah satu sisi bahu), olahraga atau aktivitas fisik, postur yang buruk saat berdiri atau tidur, maupun pola makan dengan kalsium rendah.

  • Penyebab skoliosis idiopatik belum diketahui, dan mungkin diakibatkan oleh predisposisi genetik. Biasanya skoliosis idiopatik terjadi pada usia muda. Jenis skoliosis ini cenderung lebih umum terjadi pada anak perempuan. Namun, jika diderita oleh anak laki-laki, kondisinya bisa lebih parah.
  • Skoliosis degeneratif disebabkan oleh degenerasi tulang belakang asimetris. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien skoliosis idiopatik sejak usia muda, atau seiring bertambahnya usia.

Cara terbaik untuk mencegah skoliosis adalah dengan menghentikan progresivitasnya melalui:

  • Pemeriksaan skoliosis secara rutin
  • Penanganan penyakit tulang belakang bawaan
  • Terapi neuromuskular

Apa saja komplikasi dan penyakit terkait skoliosis?

Meski tidak mengancam nyawa, skoliosis dapat menimbulkan berbagai komplikasi dalam jangka panjang, terutama jika tidak ditangani. Komplikasi ini mencakup:

  • Masalah paru-paru dan jantung. Skoliosis yang parah bisa menyebabkan masalah pernapasan dan jantung karena lengkungan tulang belakang dapat membuat tulang rusuk menekan paru-paru dan jantung.
  • Nyeri punggung kronis. Pasien skoliosis sejak usia muda berisiko lebih tinggi terkena nyeri punggung kronis.
  • Perubahan fisik yang terlihat. Skoliosis parah dapat menyebabkan perubahan tubuh yang tampak jelas, misalnya pinggul dan bahu miring.
  • Osteopenia. Skoliosis terkait dengan osteopenia, yaitu kondisi massa tulang berkurang sehingga meningkatkan risiko osteoporosis.

Pasien skoliosis juga berisiko terkena komplikasi akibat pembedahan. Komplikasi ini mencakup:

  • Kebocoran cairan tulang belakang. Bedah tulang belakang dapat merusak dura, yaitu lapisan meninges paling luar. Kondisi ini dapat menyebabkan kebocoran cairan tulang belakang. Jika tidak ditangani, kebocoran cairan tulang belakang dapat menyebabkan sakit kepala, gangguan penglihatan, hidung meler, meningitis (peradangan pada meninges), dan tinitus (mendengar suara berdenging meski tidak ada sumber suara eksternal).
  • Kerusakan saraf akibat pembedahan. Pasien yang menjalani fusi spinal, yaitu prosedur bedah untuk mengurangi derajat lengkungan tulang belakang, mungkin mengalami kerusakan saraf tulang belakang yang mengakibatkan kaki kebas atau tubuh bagian bawah tidak berfungsi lagi.
  • Kemungkinan infeksi setelah pembedahan tulang belakang. Infeksi setelah operasi tulang belakang dapat terjadi pada area sayatan atau kolom tulang belakang. Infeksi ini dapat menyebabkan area sayatan bengkak, kemerahan, bernanah, mengeluarkan cairan berlebihan, dan demam.
Halaman ini telah ditinjau oleh peninjau konten medis kami.

Perlu bantuan?


Untuk mengajukan pertanyaan, hubungi
+65 6575 7575

Untuk membuat janji temu, hubungi kami via WhatsApp di nomor
+65 8111 9777