Diskus terletak di antara setiap ruas tulang belakang untuk menjaga agar tulang belakang tetap lentur dan mampu meredam goncangan atau benturan dari aktivitas sehari-hari.
Saraf terjepit terjadi ketika bagian luar yang melapisi diskus (anulus) robek dan isi gel di dalamnya (nukleus pulposus) terdorong keluar dari pelapisnya (menonjol) sehingga menyebabkan gel tersebut menekan akar saraf.
Kondisi ini juga disebut dengan diskus ‘hernia’, ‘ruptur’, atau ‘bergeser’.
Apa saja gejala saraf terjepit?
Gejala saraf terjepit berbeda-beda, tergantung pada lokasi diskus yang terdampak dan ada tidaknya saraf yang tertekan oleh diskus tersebut. Gejalanya antara lain:
Kebas atau nyeri yang dimulai dari punggung bagian bawah dan menyebar hingga bokong atau kaki (skiatika)
Kebas atau kesemutan yang menyebar dari anggota tubuh tempat saraf yang terdampak berada
Nyeri di bokong, paha, betis, dan bagian kaki
Nyeri menusuk atau seperti terbakar di bahu dan lengan yang mungkin menyebar ke lengan atau kaki ketika batuk, bersin, atau bergerak ke posisi tertentu
Otot lemah yang menyebabkan kehilangan keseimbangan saat berjalan atau memengaruhi kemampuan ketika mengangkat atau memegang barang
Kesulitan mengontrol buang air besar dan kecil
Kebas pada alat kelamin dan anus
Saraf terjepit biasanya menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat dibandingkan dengan diskus menonjol.
Tidak mudah membedakan antara rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh otot yang tegang dan yang disebabkan oleh saraf terjepit. Ketidaknyamanan akibat nyeri punggung atau otot yang tegang biasanya hilang dalam 6 minggu, sedangkan rasa sakit yang disebabkan oleh saraf terjepit bisa makin memburuk.
Apa penyebab saraf terjepit?
Penyebab utama saraf terjepit adalah keausan dan robekan bertahap. Seiring bertambahnya usia, elastisitas diskus makin menurun sehingga berisiko rusak atau robek, bahkan akibat tekanan atau keseleo ringan sekalipun.
Segala aktivitas yang memberikan tekanan pada tulang belakang dapat menyebabkan saraf terjepit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh:
Cedera akibat mengangkat benda berat dengan postur yang tidak tepat (misalnya, mengangkat benda berat menggunakan otot punggung, bukan otot kaki dan paha)
Trauma. Walaupun jarang terjadi, terjatuh atau benturan di punggung dapat menyebabkan saraf terjepit.
Apa saja faktor risiko saraf terjepit?
Faktor berikut dapat meningkatkan risiko saraf terjepit:
Bertambahnya usia. Saraf terjepit paling umum dijumpai pada orang berusia 30–50 tahun, dengan pria berkemungkinan dua kali lipat lebih besar mengalami saraf terjepit.
Genetika. Orang-orang yang memiliki riwayat saraf terjepit dalam keluarganya berisiko lebih tinggi memiliki predisposisi genetik untuk kondisi tersebut.
Pekerjaan. Pekerjaan yang berat dan menuntut aktivitas fisik meningkatkan risiko saraf terjepit.
Postur tubuh buruk. Postur tubuh buruk saat berolahraga atau duduk dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan saraf terjepit.
Merokok. Nikotin dan racun lainnya dari rokok dan produk tembakau menghambat penyerapan nutrisi oleh diskus, yang pada akhirnya akan mempercepat degenerasi diskus dan makin merusak diskus.
Berat badan. Bertambahnya berat badan dapat menyebabkan tekanan berlebih pada diskus di punggung bagian bawah.
Apa saja komplikasi dan penyakit terkait saraf terjepit?
Seiring memburuknya rasa nyeri akibat saraf terjepit, banyak orang baru mencari pertolongan medis ketika:
Rasa nyeri sudah tidak tertahankan
Muncul gejala lain, seperti inkontinensia atau kelumpuhan parsial.
Jika tidak ditangani, saraf terjepit dapat menyebabkan komplikasi, seperti:
Gejala yang makin memburuk, seperti nyeri yang makin parah, kebas, atau rasa lemah yang dapat memengaruhi rutinitas harian penderitanya.
Tidak mampu mengontrol buang air besar atau buang air kecil, yang dapat menyebabkan inkontinensia atau kesulitan buang air kecil walaupun kandung kemih sudah penuh.
Anestesi sadel, yaitu ketika saraf terjepit menekan saraf yang menyebabkan hilangnya sensasi di paha bagian dalam, belakang kaki, dan di sekitar rektum.
Kerusakan saraf permanen, yang dapat menyebabkan rasa lemah atau kelumpuhan permanen. Diagnosis dan penanganan yang terlambat dapat merusak saraf secara permanen sehingga memengaruhi kandung kemih, usus, dan kaki.
Bagaimana cara mencegah saraf terjepit?
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah saraf terjepit:
Olahraga. Olahraga dapat memperkuat otot torso yang berguna menstabilkan dan menopang tulang belakang.
Postur tubuh yang baik. Jaga postur tubuh yang baik untuk mengurangi tekanan pada tulang belakang dan diskus. Ketika duduk, pastikan punggung tegak dan sejajar. Angkat benda berat dengan menekuk pinggul dan lutut, bukan dengan membungkuk ke depan.
Berat badan ideal. Berat badan ideal mengurangi tekanan pada tulang belakang dan diskus.
Berhenti merokok. Diskus tetap terhidrasi dan lentur lebih lama tanpa racun dari rokok yang membuatnya kekurangan nutrisi penting.
Mengalami nyeri, mati rasa, kesemutan atau kelemahan pada lengan atau tungkai, dan bahkan nyeri pada leher atau punggung bawah? Anda mungkin menderita hernia diskus.
Nyeri punggung sering kali disebabkan oleh tekanan pada saraf di tulang belakang. Dr Mashfiqul menjelaskan penyebabnya dan perawatan yang mungkin dilakukan.
Sakit punggung dapat berarti banyak hal, dari rasa sakit yang sederhana setelah duduk terlalu lama, hingga rasa sakit yang menusuk di punggung dengan setiap gerakan. Ketahui apa arti dari gejala-gejala ini.